Genpi Hadir di Puncak Acara Jember Fashion Carnaval 2017

Beberapa hari yang lalu, saya dan kawan-kawan Komunitas Genpi (Generasi Pesona Indonesia) yang dibentuk langsung oleh Kemenpar ini berkesampatan hadir di event Jember Fashion Carnaval 2017 (JFC). Saya dan Arif Rahman perwakilan dari Genpi Jatim, lalu Mas Shafigh dan Mas Yudi dari Genpi Jateng. Kami berempat yang bertugas meliput acara tersebut. Mencari materi untuk sebuah konten kemudian kami jadikan trending topik di sosial media.

Jember Fashion Carnaval di tahun 2017 ini bertema "Victory" yang memiliki makna kemenangan. Kemenangan yang dimaksud adalah prestasi JFC yang banyak menerima penghargaan level dunia di usianya yang ke 16. Busana yang dikenakan para model lebih ke identitas-identitas ke-Indonesiaan, seperti rumah adat Toraja, Ondel-ondel, kejayaan masa Kerajaan Sriwijaya, dll.

Hal menarik yang saya lihat di event ini ialah tentang sektor eknomi Kota Jember yang mendadak melejit. Bayangkan saja, semua hotel penuh. Bukan hotel-hotel yang ada di tengah kota saja, hotel-hotel, penginapan, homestay yang ada di pinggiran kota yang jaraknya sangat jauh dari event JFC ini juga penuh. Penjual makanan, bahkan yang sebelumnya bukan penjual, juga berkesempatan mengais rejeki dari Event Jember Fashion Carnaval 2017 ini. Belum lagi pelaku bisnis di bidang jasa transportasi seperti rental mobil dan motor.

Jember seolah menjadi Kota Besar di hari berlangsungnya event ini. Masyarakat dalam kota, luar kota, dan turis mancanegara berbondong-bondong mendatangi lokasi Jember Fashion Carnaval. Bisa dikatakan JFC merupakan kiblatnya karnaval di seluruh Indonesia, bahkan dunia. Inilah yang menjadi nilai tersendiri mengapa JFC sangat ditunggu-tunggu bagi para wisatawan.


Seperti yang sudah saya katakan di atas, hotel-hotel dan semua penginapan di Jember sudah penuh. Dan ketika perjalanan menuju Jember dari Surabaya, akhirnya kami memutuskan untuk menginap di Lumajang. Lumayan jaraknya, sekitar 1 jam dari event JFC.

Menjelang event JFC dimulai, rute berlangsungnya karnaval di sterilkan oleh aparat dan panitia yang bertugas. Jalan-jalan banyak yang dialihkan untuk mengurai kemacetan. Menuju siang hari, masyarakat mulai datang bergelombang mengisi titik-titik kosong di luar pagar pembatas. Nyaris tidak ada celah sedikitpun. Saya sampai bingung, nanti bagaimana saya bisa mengambil foto?

Crew relawan kebersihan di JFC bergerak cepat tanpa di komando ketika ada sampah-sampah di lokasi. Tampak keren ketika mereka mengenakan ikat kepala yang berseragam. Kebanyakan dari mereka adalah anak-anak muda yang masih sekolah dan kuliah. Mereka bergerak memencar memunguti plastik-plastik di sudut-sudut trotoar dan di depan kursi-kursi tamu penting. 


Di samping panggung media dan photographer, nampak juga reporter dari salah satu televisi swasta yang sedang meliput acara ini. Cuaca panas. Lokasi berlangsungnya event Jember Fashion Carnaval semakin sesak. Inilah yang ditunggu-tunggu. Apalagi, ini adalah hari terakhir, sekaligus puncak acara JFC, dimana busana-busana yang terbaik akan dipamerkan.

Jokowi, Presiden kita juga turut hadir dalam puncak acara JFC. Hal ini tentu membuat antusiasme masyarakat semakin besar untuk bisa datang. Masyarakat berlomba-lomba mengintip wajah sang presiden dari luar pagar pembatas. Meskipun dalam sesak, tidak peduli. Yang penting bisa melihat, syukur-syukur dapat berjabat tangan dengan orang nomor satu se-Indonesia itu.


Melihat mega karnaval di Jember ini adalah pengalaman pertama saya. Sebelum-sebelumnya, saya hanya bisa melihat event ini di sosial media, media cetak, atau di televisi. Sekarang, senang sekali rasanya bisa berkesempatan hadir menyaksikan langsung event bergengsi yang diadakan di sebuah kota kecil di Jawa Timur.


Alun-alun, pelataran masjid, dan sekujur jalan Kota Jember yang dijadikan rute karnaval sudah tidak ada ruang lagi. Manusia saling rebut mendongakkan kepala untuk bisa menyaksikan para model dengan busana karnavalnya yang cantik-cantik. Mengagumkan sekali. Saya tidak bisa membayangkan bagaimana ribetnya desainer yang mendesain dan memproduksi baju karnaval seperti ini.

Di tengah lautan manusia, para model berjalan pelan, lenggak-lenggok mengikuti ritme alunan musik iringannya. Tidak lupa mereka menebar senyum kepada seluruh penonton. Kadang kala melambaikan tangannya, menyapa penonton di pagar batas yang disusul dengan teriakan-teriakan histeris karena kekaguman busana dan kecantikan sang model.


Di tengah lautan manusia, pandangan saya tiba-tiba tertuju kepada seorang pedagang kue leker yang sedang membereskan dagangannya. Saya tergugah untuk bisa sedikit mewawancarai. Pak Ajis namanya, si penjual kue leker. Saya tertarik untuk bertanya-tanya mengenai apa dampak positif tentang adanya event JFC yang diadakan setiap tahun ini. 


Pak Ajis menjelaskan, bahwa event JFC ini sangat baik untuk masyarakat Jember yang mengais rejeki dengan berdagang. Pedagang asongan misalnya, mereka bisa mendapatkan keuntungan sampai sepuluh kali lipat dalam sehari. Kue Leker Pak Ajis juga, padahal acara baru saja dimulai, tapi dagangannya sudah habis. Sebenarnya, beliau ingin mengambil bahan kue lagi, namun tidak bisa keluar karena gerobaknya terjebak di kerumunan manusia.

"Karnaval ini dampaknya luar biasa, Mas. Orang-orang kampung sini yang kesehariannya nggak dagang, mendadak jualan, seperti jualan rujak, minuman dingin, buka parkir, Alhamdulillah mereka dapat rejeki" Ujar Pak Ajis.


Memang, kemeriahan JFC ini saya rasa sangat luar biasa. Jujur, saya belum pernah melihat event sebesar dan semeriah ini. Jember Fashion Carnaval adalah mesin penggerak dan motivator bagi daerah-daerah lain untuk menyelenggarakan event yang sama. Saya berharap, suatu saat di setiap daerah di Jawa Timur memiliki event karnaval seperti di Jember. Event yang bisa mengangkat nama kota dan tentu saja perekonomiannya.


#PesonaJFC2017
#JemberFashionCarnaval
#PesonaKarnavalJember

Komentar